Adalah Abdullah bin Zubair yang berkat kelahirannya, isu
bahwa kaum muslimin tidak akan bisa melahirkan bayi karena telah diteluh oleh
dukun-dukun Yahudi di Madinah tertepis. Seorang wanita mulia, yakni putri dari
Abu Bakar as-Siddiq, telah melahirkan bayinya ketika tengah hijrah dari makkah
menuju madinah demi menyusul teman-temannya seakidah. Dialah Asma bin Abu Bakar as-Siddiq, ibunda
mulia yang melahirkan bayi laki-laki itu di Quba’ yang kemudian sang bayi
diberi nama Abdullah. Sebelum disusui, Abdullah dibawa menghadap Rasulullah
SAW. untuk di-tahniq (diusapi untuk
pertama kali, biasanya dengan madu atau kurma) dan didoakan oleh beliau.)
Abdullah yang memang lahir dari pasangan-pasangan mujahid
dan mujahidah ini kemudian berkembang menjadi seorang pemuda perwira yang
perkasa. Kehebatannya dimedan laga ia buktikan ketika bersama mujahid-mujahid
lainnya menggempur Afrika demi membebaskan penduduknya dari kesesatan akidah.
Pada waktu mengikuti ekspedisi tersebut, usianya baru berkisar 17 tahun.
Begitulah kehebatannya dari sistem tarbiyah Islamiyah yang mendorong dan
mencetak seorang pemuda belia menjadi tokoh-tokoh pejuang dalam menegakkan
ajaran Islam.
Dalam peperangan tersebut, jumlah personil antara kedua kubu
sangatlah tidak seimbang. Jumlah pasukan kaum muslimin hanya sekitar 20 ribu
tentara, sedangkan musuh berjumlah sekitar 120 ribu orang. Keadaan ini membuat
kaum Muslimin kerepotan melawan gelombang musuh yang kian banyak, walau hal itu
tidak membuat mereka keder, sebab bagi mereka, perang adalah untuk mencari
syahid dijalann-Nya sehingga ruh mereka bisa membumbung menuju surga Jannah,
sebagaimana yang telah dijanjikan oleh rabb mereka.
Melihat keadaan yang kurang menguntungkan tersebut, Abdullah
segera memutar otak untuk mencari rahasia kekuatan lawan. Akhirnya ia menemukan
jawabannya. Ternyata inti kekuatan lawannya bertumpu pada panglima Berber yang
menjadi panglima perang mereka. Oleh karena itu ia segera menembus pasukan
musuh menuju panglima Berber. Upayanya tersebut tidak sia-sia. Sehingga ketika
jarak antara dirinya dan sang panglima sudah dekat, segera ia tebaskan
pedangnya demi menghabisi nyawa panglima kaum musyrikin tersebut. Panji pasukan
lawan pun direbut oleh teman-temannya
dari tangan musuh. Dan ternyata dugaan Abdullah tidak meleset. Segera setelah
matinya panglima tersebut, semangat tempur pasukan musuh redup dan tak lama
kemudian mereka bertekuk lutut dihadapan para mujahid yang gagah berani.
Selain seorang jago perang, Abdulah juga seorang hamba yang
penuh rasa khusyuk dan tawadhu. Ada salah seorang sahabat yang memberi
kesaksian bahwa apabila Abdullah shalat, tubuhnya seperti batang pohon yang
tidak bergeming, saking khusyuknya beliau dalam shalat. Bahkan Yahya bin Wahab
juga bercerita bahwa apabila Abdullah sedang sujud maka banyak burung kecil
yang bertengger dipunggung beliau, karena mengira punggung tersebut adalah
tembok yang kokoh. Tokoh yang tegas dalam kebenaran ini wafat pada usia 72 tahun, terbunuh oleh tangan pendosa
yang bernama Hajjaj bin Yusuf.
0 comments:
Post a Comment