Beberapa waktu lalu beredar selebaran yang
menegaskan bahwa khilafah Islamiyah mempersatukan Sunni dan Syi’ah dan menaungi
keduanya dalam suasana ukhuwah. Benarkah ungkapan ini? Jawabannya, sejarah umat
Islam yang panjang, baik saat dibawa naungan khilafah Sunniyah maupun saat
berdiri pemerintahan syiah maka kaum syiah selalu memposisikan diri mereka
sebagai pengkhianat dan pelaku kedzaliman yang tiada tara. Sejarah selalu bertutur
baha perjalanan sejarah kaum syiah adalah episode penikaman terhadap
ahlulsunnah.
Berikut ini beberapa peristiwa yang merekam
episode panjang itu.
Syiah
mengkhianati Ali bin Abi Thalib beserta kedua putranya.
Saat Ali ra. Mengalami suasana pelik dalam menghadapi berbagai pengacau
justru pengikut mereka yang berasal dari basrah dan kufah (cikal bakal penganut
syiah) justru meninggalkannya, padahal sebelumnya mereka telah berjanji
sebelumnya membela Ali Bin Abi Thalib. Saat al-Hasan tampil ingin mendamaikan
kaum Muslimin dan mencegah tumpahnya darah yang lebih besar, maka penghulu
pemuda surga ini bertekad menyerahkan kekuasaan kepada Muawiyah bin Abi Sufyan,
tapi sayang penduduk Iraq kembali menghianati cucu nabi ini. Tidak sampai disini,
pasca mereka menghianati Ali dan al-Hasan mereka kembali menghianati al-Husain.
Ini terjadi pada masa pemerintahan Yazid bin Muawiyah. Penduduk Kufah
mengundang al-Husain kesana agar mereka berbaiat kepadanya. Namun saat Husain
beserta keluarganya beserta pengikutnya yang berjumlah 70 orang sampai didaerah
karbala datang pasukan Ibn Ziyad membunuh mereka. Pertanyannya kemanakah mereka
yang berjanji mendukungnya? Mereka membiarkan Husain tanpa pertolongan. Maka
diantara doa Husain yang terkenal adalah, “Ya Allah apabila mereka mendapatkan
kenikmatan maka ceraiberaikanlah mereka. Jadikanlah mereka menempuh jalan yang
berbeda-bed dan janganlah restui para pemimpin mereka selamanya karena mereka
mengundang kami untuk menolong kmai namun ternyata mereka mengkhianati dan
memusuhi kami.
Penghianatan
Terhadap Bani Abbasyiah
Ini adalah salah satu pengkhianatan Syiah terhadap daulah abbasyiah
yang justru telah banyak berbuat baik kepada mereka. Sebagian dari mereka telah
memperoleh jabatan menteri. Disebut dalam riwayat bahwa Ali Yatqin adalah
menteri Harun al-Rasyid. Saat narapidana berkumpul dalam penjara, ia
memerintahkan anggotanya untuk menghancurkan atap penjara sehingga menimpa
mereka yang ada dalam penjara. Jumlah mereka yang tewas kira-kira 500 orang dan
sang menteri tidak mau bertanggung jawab atas kejadian itu.
Setelah itu sang
menteri mengirim pesan kepada al-Kazhim. Al-Kazhim menjawab, “andai kau datang
padaku sebelum membunuh mereka kamu tidak harus mempertanggung jawabkan
kematian mereka, tapi karena kau tidak datang padaku maka bayarlah kafarat
untuk setiap orang yang yang kau bunuh dengan seekor kambing jantan.” Mereka
menyebut ini sebagai dalil bolehnya membunuh nawashib.
Penghianatan
daulah fathimiyah dalam mengenyahkan eksistensi ahlulsunnah dan menyebarkan
tasyayyu’
Diantara
strategi syia dalam menyebarkan tasyayyu’ adalah jika mereka tidak memiliki
daulah maka dai syiah disebar secara
diam-diam, namun saat mereka memiliki daulah maka mereka langsung mnjadikan
mahzab syiah sebagai mazhab daulah tersebut.
Adalah
Abu Abdillah as-Syi’i salah seorang dai yiah menyebar Tasyayyu di Afrika Utara
dan menaklukkan beberapa daerah yang ada disana sampai berhasil mendirikan
daulah dan mengumumkannya pada tahun 296 H.
Selanjutnya
mereka memandang daerah Afrika Utara tidak cocok menjadi pusat pemerintaahn
negara mereka sampai mereka melirik Mesir karena negara ini sangat subur dan
memiliki kekayaan yang melimpah. Maka orang-orang Fathimiyah menyerang Mesir
sejak tahun 301 H sampai 305 H. Pada tahun 305 H Khaaifah Fathimiyah
mengamanahkan kepada Jauhar as-Shaqali untuk menulis surat perjanjian damai
dengan penguasa Mesir yang salah satu isinya berbunyi, “orang-orang Mesir tetap
pada mahzab mereka, dan tidak diharuskan bermahzab syiah, azan, shalat, puasa,
dan idul fitri, zakat haji diperbolehkan sesuai dengan yang ada dalam kitabullah
dan sunnah Rasul-Nya.
Namun saat khalifah
al-Mu’idz Lidinillah tiba di Mesir tahun 362 H. Dia berpikir keras bagaimana
caranya agar orang-orang meir mengikuti mahzab Syiah dan mengikuti khalifah fathimiyah. Diantara strategi mereka
adalah mempercayakan posisi-posisi tinggi kepada orang-orang syiah dan
menjadikan mesjid-mesjid besar sebagai pusat dakwah fathimiyah, sepeti jami’
al-Azhar, masjid Amr bin Ash dan masjid Ahmad Thulun. Akhirnya dengan strategi
tersebut bani fathimiyah berhasil
melaksanakan syiar-syiar mereka
yang ontra dengan keyakinan ahlulsunnah, seperti adzan dengan ‘hayya ala
khairil amal’, memperingati tragedi karbala. Selanjutnya serangan itu tidak
terbatas sampai pada syiar-syiar mereka
saja tetapi memaksa mereka agar ikut dengan ritual-ritual mereka.
Al-Magrizi berkata,
“pada taggal 10 Muharram 363 H, sekelompok orang Syiah Mesir dan Maroko
berjalan diatas kendaraan mereka sambil meratapi dan menangisi al-Husain.
Mereka juga menyerang setiap orang yang tidak ikut dalam kesedihan. Ini juga
berakibat pada terhentinya aktivitas jual bei dipasar
Bani
fathimiyah erkoalisi dengan orang-orang Eropa dalam memberantas Ahlulsunnah
Daulah fathimiyah memilih diam dari memerangi
kaum salib yang menyerang wilayah kaum muslimin, bahkan yang terbukti dalam sejarah mereka justru memerangi kaum
Muslimin Ahlulsunnah. Saat gerakan Salahuddin al-Ayyubi mengancam eksistensi
Bani Fathimiyah di Mesir mereka mengirim surat ke Eropa dan mengundang mereka
ke Mesir. Orang-orang Eropa pun benar-benar datang ke Mesir dan mengepung kota
imyath pada tahun 565 H membatasi ruang gerak penduduknya dan membunuh banyak
orang disana.
Pengkhianatan
a-Qaramithah
Al-Qaramithah
mengaku bahwa mereka memiliki hubungan dengan Ismail bin Ja’far as-Shadiq.
Kemunculan mereka pertama kali pada tahun 279 H pada masa khilafah Abbasyiah
al-Mu’tadhid Ahmad bin Muwaffiq. Saat mereka telah berhasil menguasai Ihsaa’,
Bahrin dan Amman mereka pun berusaha menguasai Mesir namun gagal.
Qaramithah
dalam perjalanannya pernah berusaha menentang daulah Abbasyiah dan berusaha
menaklukannya, kadang dengan cara berpeang dan kadang dengan cara berkhianat.
Mereka berusaha meguasai para penguasa Abbasyiah yang lemah yang sesungguhnya
tidak lagi memiliki kekuasaan. Bahkan al-Qaramithah sangat berani menodai
tempat paling mulia diatas permukaan bumi ini yaitu Masjidil Haram, Makkah
dengan cara mencopot paksa Hajar aswad dari tempatya serta membawanya kenegeri
mereka. Maka kaum muslimin pun berhaji tanpa Hajar aswad selama 20 Tahun
lamanya.
Penghianatan Syiah Saat Tartar Memassuki Syam
Orang Tartar masuk ke Syam pada tahun 657 H
dibawah pimpnan raja mereka Hulagu Khan . mereka meyeberangi sungai Eufrat
duatas jembatan yang mereka bangun sendiri. Sesampai di Halb tanggal 2 Shafar
657 H mereka langsung mengepungnya selama tujuh hari dan kemudian membukanya
dengan damai.
Namun
mereka menipu penduduknya dan membunuh beberapa orang diantara mereka. Pasukan
ni merampas harta benda, menawan wanita dan anak-anak, serta berbuat seperti
apa yang mereka perbuat di kota Baghdad.
Saat
itu kelompok orang Nasrani datang menemui Hulagu Khan dengan membawa hadiah.
Mereka datang bersama orang yang bernama Firman Aman dari Juhnah. Mereka masuk
membawa salib yang diangkat diatas kepala orang-orang sambil meneriakkan syiar
mereka dan mengatakan ‘agama yang benar adalah agama al-Masih,’ sambil menghina
Islam dan pemeluk-pemeluknya..
Diantara
mereka ada yang berkhianat adalah orang-orag syiah dengan cara mengiming-iming
orang-orang Tartar dengan harta kaum Muslimin atas seluruh kota Syam, Moshul,
Mardin, dan al-Akrad kepada al-Qadhi Kamalddin Umar bin Badrat at-Taflsisi
as-Syi’i.
Pengkhianatan
Syiah Terhadap Salahuddin Al-Ayyubi
Orang-orang
syiah selamanya tidak akan pernah lupa bahwa Salahuddin al-Ayyubi yang
melenyapkan daulah fathimiyah di mesir, dan iapula angmengembalikan ahlulsunnah
keposisi semula. Sebab itu mereka
berusaha membunuhnya berulangkali dan mendirikan daulah fathimiyah yang
baru. Mereka juga berusaha demikian rupa dengan cara meminta bantuan kepada
orang-orang asing dengan berkirim surat kepada mereka.
Pada
tahun 569 sekelompok penduduk mesir berkumpul guna engangkat salah satu
putra al-Adhid Khalifah Fathiyah
terakhir dan bertekad membunuh Salahuddin al-Ayyubi serta mengirim surat kepada
orang-orang asing guna meminta bantuan kepada mereka.
Pengkhianatan
Syiah Terhadap Bani Saljuk
Orang-orang
saljuk adalah mereka yang menisbahkan diri pada keluarga besar al-Ghizz dari
Turki tepatnya pada kakek mereka Saljuk bin Taqaq. Bani saljuk ini berhasil
meelenyapkan orang-orang buwahiyyun. Meski belum terbebas dari tekanan bani
Fathimiyah namun bani saljuk senantiasa menolong Ahlulsunnah wal jamaah.
Diantara episode pengkhianatan meeka pada masa ini
adalah ketika penduduk kirkuk yang syiah merampas rumah-rumah penduduk
ahlulsunnah di Basrah, menguasai dokumen-dokumen dan buku-buku hukum dirumah
Qadhil Qudhah ad-Damighani lalu dojual kepada para pedagang rempah. Mereka juga
berhasil mengembalikan lafadz adzan mereka, “ hayya ala khairil amal” diseluruh
pelosok baghdad.
Demikian
seterusnya sejarah syiah adalah sejarah pengkhianatan. Watak berkhianat memang
lahir dari akidah kebencian terhadap ahlulsunnah. Keberadaan mereka sepanjang
sejarah seperti belati berkarat yang senantiasa bersiap dihujamkan kedalam ulu
hati. Jadi dengan begitu, tidak ada cerita indah bahwa sunni dan syiah damai
dibawah naungan Khilagfah.
Sumber:Buletin Alfikrah
STIBA Makassar
0 comments:
Post a Comment