Mungkin ini kelihatan sepele, hanya soal arti kiasan yang
kerap muncul di pelajaran bahasa Indonesia. Dan sering pua terpakai dimedia
seperti koran dan tabloid mingguan. Utamanya diberita-berita kriminal. Tapi
ketika ini menyangkut kehormatan orang-orang yang haus dimuliakan karena Islam,
maka persoalannya tidak lagi sederhana. Karena salah mengartikan, atau keliru
menyebutkan ungkapan bisa mengandung konsekuensi berkebalikan. Seperti
menghinakan orang-orang mulia, dan memuliakan orang-orang hiana.
Tanpa berpikir panjang, setiap siswa yang ditanya maksud
‘panjang tangan’ pasti menjawab, ‘suka mencuri’, sederhana tampaknya. Kalau
saja tidak ada nash/dalil khusus yang menggunakan istilah ini, maka tak ada
persoalan dengan kiasan dan makna yang dimaksudkan. Masalahnya, ada dalil yang
menunjukkan arti ‘panjang tangan’ yang sangat jauh bahkan berkebalikan dengan
arti yang dipahami orang kebanyakan.
Dalil yang dimaksud adalah hadits Aisyah ra, bahwa Nabi saw
berkata kepada para istrinya menjelang wafatnya, “yang paling cepat menyusulku
(wafat) adalah yang paling ‘panjang tangannya’ diantara kalian.” (HR Musli, dan
Bukhari).
Aisyah menceritakan bahwa, ketika itu para istri-istri nabi
saw saling mengukur tangan masing-masing untuk mendapatkan siapa yang paling
panjang tangannya. Didapatkan bahwa yang paling panjang tangannya adalah Saudah
ra. Tapi, ternyata yang paling pertama kali wafat setelah nabi saw diantara
istri-istri beliau adalah Zaenab ra. Maka tahulah mereka, bahwa maksud sabda
Nabi saw yang paling panjang tangannya adalah yang paling banyak sedekahnya.
Karena merekam emang menilai Zaenab adalah istri Nabi yang paling banyak
sedekahnya.
Mari kita perhatikan apa jadinya jika ungkapan panjang
tangan itu diartikan dengan suka mencuri? Tentu akan mengundang konsekuensi
pelecehan terhadap istri-istri nabi saw. Meskipun bisa saja seorang berkilah
bahwa khusus hadits ini konteksnya lain dari ungkapan biasa yang dipakai dalam
konteks keindonesiaan. Namun berhati-hati adalah lebih baik. Apalagi, tak ada
dalil dengan konteks lain yang menunjukkan makna negatif untuk kiasan panjang
tangan.
Dikasus lain bahkan ada seorang sahabat yang dijuluki denga
Dzul Yadaini, orang yang panjang tangannya. Ukuran tangannya yang memang
panjang menjadikan beliau mendapatkan gelar itu. Dan hadits Bukhari Muslim dan
yang lainnnya merekam kata Dzul Yadaini yang nama aslinya al-Khirbaq, untuk
suatu peristiwa yang menunjukkan keutamaan beliau. Beliaulah satu-satunya yang
berani mengingatkan Nabi saw tatkala beliau terlupa mengerjakan shalat ashar
dengan dua rakaat saja. Setelah yakin, nabi saw bersabda “Benarlah Dzul
Yadaini” (HR Bukhari).
Lalu beliaupun melakukan sujud sahwi, dank kaum muslimin
mendapatkan faedah besar dengan peristiwa tersebut. Karena kita menjadi tahu,
apa yang harus dilakukan pada saat kita lupa rakaat shalat yang kita lakukan.
Jadi hati-hati memilih diksi, juga memaknai ungkapan dan
kiasan, wallahu a’lam bisshawab.
Sumber: ar-Risalah
0 comments:
Post a Comment