Mata adalah
jendela hati dan pikiran, apapun ynag memasukinya berpengaruh terhadap
keduanya. Tak terkecuali ilmu. Membaca yang merupakan aktivitas mata seringkali
diidentikkan dengan ilmu. Ini tidaklah salah. Namun harus diakui bahwa
penglihatan hanyalah salah satu pintu masuknya ilmu. Juga hanya salahsatu
indera yang darinya keburuka juga bisa menerobos dan menodai keyakinan hati dan
pikiran.
Masih ada indera
lain yang tak kalah urgen, yakni indera pendengaran. Bahkan tidak mudah untuk
langsung disimpulkan bahwa indera mata lebih penting dari indera pendengaran. Pada
beberapa sisi, pendengaaran memiliki nilai lebih dibandingkan dengan
penglihatan. Mata hanya mampu melihat benda yang ada dihadapannya saja,
sedangkan telinga mampu mendeteksi suara dari segala arah.
Pendengaran juga
lebih siaga setiap saat daripada penglihatan. Mata tak mampu mendeteksi apa-apa
saat manusia tertidur. Berbeda halnya dengan pendengaran ,ia tetap berfungsi
meskiun kesadaran manusia diambang titik nol lantaran lelap tidur. Ketika itu,
telinga tetap peka terhadap suara. Dengan sebab ini, kita akan mudah terbangun dari
tidur begitu mendengar suara alarm atau lainnya.
Kita juga bisa
membandingkan efek dari orang yang tidak sempurna pendengarannya dengan orang
yang tunanetra. Meski tanpa disuguhkan denan data pembanding yang valid,
pengalaman menunjukkan bahwa orang yang hafal Al-Qur’an dari kalangan tunanetra
lebih banyak daripada penghafal dari kalangan tunarungu. Kita juga sering
mendengar adanya ulama senior yang tunanetra ketimbang tuna rungu. Begitulah kelebihan
indera pendengaran.
Sumber: ar-risalah
Sumber: ar-risalah
0 comments:
Post a Comment