Asmara merupakan salah
satu penyakit hati yang berbeda dengan semua jenis penyakit lainnya, sebab
maupun cara penyembuhannya. Bila sudah mengakar dan mendekam lama, akan sulit
disembuhkan oleh dokter manapun, dan rasa sakitnya akan amat menulitkan
penderitanya.
Allah didalam Al-Qur’an
menceritakan tentang dua golongan manusia, tentang kaum wanita dan para pecandu
anak-anak/ lolita’s lover. Allah menceritaka tentang istri seorang bangsawan
dalam kisah Yusuf as. Allah juga menceritakan tentang kaum nabi Luth as, saat
mereka didatangi oleh beberapa malaikat:
“dan
datanglah penduduk kota itu kerumah Luth dengan gembira karena kedatangan
tamu-tamu itu. Luth berkata: ‘sesungguhnya mereka adalah tamuku; maka janganlah
kamu memberi malu kepadaku, dan bertaqwalah kepada Allah dan janganlah kamu
membuat aku tanerhina’. Mereka berkata ‘dan bukankah kami telah melarangmu dari
melindungi manusia? Luth berkata ‘inilah puteri-puteriku (negeri) ku kawinlah
dengan mereka, jika kamu hendak berbuat secara yang halal (Allah berfirman):
‘Demi umurmu Muhammad, sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabuk
(kesesatan)’ (Al-Hijr:67-72)
Adapun prediksi sebagian orang yang sama sekali tidak
menghargai Rasulullah bahwa beliau pernah
tergoda oleh Zainab binti Jahzy, bahwa beliau pernah melihat tubuh wanita itu
lalu berkata, ‘maha suci Allah yang membolak-balikkan hati! Sehingga beliau
tertusuk panah asmara , sungguh prediski yang sangat tidak tepat. Apalagi
disebutkan bahwa Rasulullah SAW berkata kepada Zaid, ‘jaga dia baik-baik’.
Sehingga Allah SWT berfirman:
‘Dan
ingatlah, ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat
kepadanya dan kamu juga telah memberi nikmmat kepadanya, ‘tahanlah terus
istrimu dan bertaqwalah kepada Allah’, sedang kamu menyembunyikan didalam
hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang
Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu
takuti...’(Al-Ahzab:37)
Mereka beranggapan bahwa
ini adalah kasus panah asmara.
Sebagian diantara mereka bahkan akhirnya
menulis buku tentang asmara, disitu mereka memaparkan mengenai kisah asmara
para nabi, termasuk kejadian bohong diatas. Itu jelas merupakan kejahilan.
Orang yang mengatakan hal itu berarti menuduh para Rasul serta memahami
Al-Qur’an tidak sebagaimana mestinya, menisbatkan kepada nabi perbuatan yang
tidak pernah beliau lakukan. Karena Zainab binti Jahzy adalah istri dari Zaid
ra. Maka Zaid bermusyawarah dengan Rasulullah SAW untuk menceraikannya.
Rasulullah berkata kepadanya, ‘tahan, jangan ceraikan dulu istrimu, bertakwalah
kepada Allah.’ Beliau menyembunyikan didalam dirinya keinginannya untuk
menikahi Zainab binti Jahzy bila Zaid telah menceraikannya (berdasarkan
perintah Allah). Beliau khawatir akan gunjingan masyarakat bahwa ia menikahi
istri anaknya sendiri. Karena Zaid sudah dikenal sebagai anaknya. Itulah yang
disembunyikan Rasulullah SAW dalam hatinya.
Demikian rasa khawatir
beliau yang sebenarnya yang beliau alami. Oleh sebab itu Allah menyebutkan ayat
ini dengan menuturkan beberapa kenikmatan yang diberikan-Nya, tidak mengancam
beliau. Allah mengabarkan kepada beliau bahwa tidak selayaknya beliau takut
kepada umat manusia dalam hal yang dihalalkan oleh Allah kepadanya hanya karena
takut kepada kecaman orang banyak.
Kemudian Allah mengabarkan bahwa Allah akan menikahkan beliau dengan Zinab
binti Jahzy, setelah Zaid menunaikan maksudnya, yakni menceraikannya agar
perbuatan beliau itu dicontoh oleh umatnya. Yakni bahwa seseorang boleh saja
menikahi mantan istri anak angkatnya, bukan mantan istri anak kandungnya
sendiri. Oleh sebab itu Allah menyebutkan dalam Al-Qur’an berkenaan dengan
wanita-wanita yang haram dinikahi.:
‘...(dan
diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu) ...’
(An-Nisa:23)
Demikian juga dalam surah Al-Ahzab:
‘Muhammad
itu sekali-kali bukan bapak dari seorang laki-laki diantara kamu...’
(Al-Ahzab:40)
Demikian juga disebutkan dalam awal surah
‘
Dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri).
Yang demikian itu hanyalah perkataanmu dimulut saja...’(Al-Ahzab)
Coba cermati bagaimana
Allah membela dan menjaga nama baik Rasulullah menghadapi kecaman orang-orang
pada masa itu. Semoga Allah memberikan taufik-Nya.
Memang benar bahwa
Rasulullah mencintai isteri-isteri beliau. Yang paling dicintai diantara mereka
adalah Aisyah ra. Namun kecintaan beliau terhadapnya atau terhadap siapapun
selain Allah, tidaklah sampai pada puncak kecintaan.
Panah asmara terhadap
pribadi tertentu adalah penyakit yang menghinggapi yhati yang kosong dari cinta
kasih terhadap Allah. Hati yang berpaling dari Allah, menggantikan Allah dengan
selain-Nya. Oleh sebab itu Allah berfirman tentang Yusuf:
‘demikianlah,
agar kami memalingkan daripadanya kemungkaran da kekejian. Sesungguhnya Yusuf
itu termasuk hamba-hamba kami yang ikhlas...’(Yusuf:24)
Dalil diatas menunjukkan
bahwa keikhlasan merupakan faktor menolak hujaman panah asmara berikut
berbagai akibatnya seperti perbuatan
jahat, perbuatan keji yang memang merupakan hasil dan buah dari panah asmara.
Begitulah Allah memalingkan penyebabnya berarti Allah juga menyimpangkan
penyakitnya, yakni panah asmara.
Oleh sebab itu diantara
para ulama salaf yang menyatakan ‘penyakit panah asmara adalah aktivitas hati
yang kosong.’ Yakni kosong dari selain pribadi yang dicintainya. Allah
berfirman:
‘dan
menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia
tentang Musa...’ (Al-Qashash:10)
Yakni bahwa hatinya
kosong dari segala sesuatu, kecuali ingatan terhadap anaknya Musa. Karena
saking cintanya ia kepada anaknya Musa dan karena hatinya sudah demikian
bergantung kepadanya. Penyakit panah asmara ini terdiri dari dua hal:
·
Anggapan baik terhadap pribadi yang dicintainya
·
Keinginan kuat untuk mendapatkannya
Bila salah satu dari keduanya itu hilang, tidak lagi disebut penyakit
panah asmara.
Sebab munculnya
penyakitt asmara ini telah membuat bingung para orang pintar. Sebagian diantara
mereka telah berusaha mengulasnya dengan konotasi negatif belaka. Maka kami
tegaskan bahwa sungguh sudah merupakan hikmah dari Allah yang pasti terhadap ciptaan dan ajaran-Nya,
bahwa Allah menciptakan adanya keselarasan dan kecocokan antara yang serupa dan
perangainya, serta ketertarikan siapa saja kepada pribadi yang sesuai dengan
dirinya, pribadi yang tabiatnya serasi dengan tabiatnya.
Disamping itu ada
kecocokan dan kebencian terhadap pribadi yang tidak memiliki keserasian dalam
tabiatnya. Rahasia terjadinya kolaborasi dan komunikasi dua arah dalam dunia
makro maupun mikro tidak lain hanyalah karena adanya keserasian, kesamaan dan
juga keserupaan tabiat dan karakter. Sementara
rahasia terjadinya tolak menolak dan disinteraksi antara berbagai hal
didunia ini tidak lain juga karena karena ketidakserasian dan perbedaan
karakter. Dengan adanya realitas itulah penciptaan dan ajaran Allah menjadi
sempurna. Sesuatu akan cenderung kepada sesuatu yang lain yang menyerupai
dirinya. Sesuatu akan menjadi jauh dari sesuatu ynag lain yang bertentangan
dengan karakternya. Allah berfirman:
‘dialah
yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya, Dia menciptakan
istrinya, agar dia merasa senang kepadanya.’
(Al-A’raaf:189)
Allah menjadikan faktor penyebab seorang lelaki bisa senang
berada disisi wanita adalah kesatuan jenis atau species juga kesatuan materi
dasar. Alasan munculnya segala kecocokan itu, karena si wanita berasal
dari unsur si lelaki juga. Sehingga
jelas yang menjadi alasan bukanlah penampilan yang cantik, bukan juga kesamaan
atau keseragaman tujuan dan keinginan, bukan juga dalam ahla dan jalam hidup.
Meskipun semua itu juga termausk faktor yang menimbulkan ketenangan dan rasa
cinta.
Diriwayatkan
dengan shahih dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda:
“ruh-ruh
itu ibarat barisan tentara yang teratur: yang telah saling mengenal akan saling
serasi, sementara yang tidak saling mengenal akan saling membenci.’
Sementara itu dalam
Musnad Imam Ahmad dan yang lainnya disebutkan tentang sebab munculya hadits
diatas: ada seorang wanita di Mekah (yang penampilannya amat lucu). Ia datang
di kota Al-Madinah, lalu singgah dirumah wanita yang juga amat suka melucu.
Maka Nabi Saw ‘...ruh-ruh itu ibarat barisan tentara...”
Syariat Allah telah
menetapkan bahwa kedudukan sesuatu sama dengan kedudukan sesuatu lain yang
samak arakternya. Syariat tidak pernah memaksa memisahkan dua hal yang serasi,
dan juga tidak pernah memaksa bersatunya dua hal yang berlawanan. Barang siapa
yang mengira bahwa itu mngkin saja dapat terjadi, semata-mata karena
kejahilannya saja terhadap ajaran syariat, atau karena ketidak tahuannya mana
dua hal yang serupa dan mana dua hal
yang berbeda. Adapun ajaran syariat sendiri, tidak pernah memberikan sesuatu
alasan pun untuk hal itu. Kalau ada
hanyalah pendapat manusia saja. Dengan kebijaksanaan dan keadilan-Nya, terlihat
ciptaan dan ajaran-Nya. Dengan keadilan dan timbangan-Nya, tegaklah
kemaslahatan ciptaan dan ajaran syariat-Nya; yakni dengan diciptakannya
penyatuan dua hal yang serasi dan pemisahan dua hal yang saling berlawanan. Hal
itu terbukti dalam kehidupan di dunia , dan akan berlaku pula pada kehidupan
dikhirat. Allah berfirman:
‘kumpulkanlah
orang yang zalim bersama teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu
mereka sembah selain Allah; maka tunjukkanlah kepada mereka jalan keneraka.’
(Ash-Shaffat:22-23)
Umar
bin Khattab, diikuti juga oleh imam Ahmad pernah menyatakan, ‘pasangan-pasangan
mereka adalah orang-orang yang sejenis dan serupa dengan mereka.’ Allah
berfirman:
‘...dan
apabila ruh-ruh dipertemukan...(At-Takwir:7)
Yakni
tatkala masing-masing orang yang beramal dipertemukan dengan yang serupa dan
sealur dengannya. Antara dua orang yang saling mencintai dijalan Allah akan
saling dipertemukan di Surga. Antara dua orang yang saling mencintai dijalan
Setan akan saling dipertemukan di Neraka Al-Jahim. Seseorang akan dikumpulkan
dengan idolanya, mau ataupun tidak mau. Dalam shahih Al-Hakim dan yang lainnya
disebutkan:
“setiap
kali seseorang mencintai orang tertentu, pasti ia akan dipertemukan dengannya
(dihari kiamat).”
Cinta
itu sendriri ada bermaam-macam. Yang paling mulia dan paling utama adalah cinta
dijalan Allah dan cinta karena Allah. Cinta ini mengandung konsekuensi
mencintai apa saja yang dicintai oleh Allah, dan juga mengandung konsekuensi
mencintai Allah dan Rasul-Nya.
Cinta
lain adalah cinta karena kebetulan sama jalan hidup atau agamanya, cinta karena
mahdzab atau sekte tertentu. Cinta karena hubungan kerabat atau karena
partnership dalam bisnis, atau karena tujuan apapun juga. Cinta lain adalah
karena ingin mendapatkan sesuatu tertentu dari pihak yang dicintai, mungkin
kehormatan, harta, pengajaran, bimbingan atau sekadar memenuhi kebutuhannya
semata. Itu adalah cinta kasih sesaat yang bisa saja hilang apabila tuntutannya
telah lenyap. Oleh sebab itu, siapa saja yang menyebabkan diri kita mencintai karena
suatu perkara, cinta kita kepadanya akan hilang dengan hilangnya perkara
tersebut.
Adapu cinta karena
adanya kecocokan antara yang mencintai dengan yang dicintai adalah cinta yang
permanen, tidak akan hilang karena sesuatu hal tertentu. Cinta kasih ornag yang
terkena panah asmara adalah termasuk jenis cinta seperti itu. Karena rasa
sukanya timbul dari dorongan jiwa dan reaksi kejiwaan, sehingga semua
jenis cinta lain tidak akan mengalami
hal yang spesifik yang hanya dialami oleh cinta kasih orang yang terkena panah
asmara, seperti rasa was-was, perasaan rindu dendam, hati yang takut tidak
karuan, dan sejenisnya.
Kalau ada yang menukas:
apabila penyebab terjadinya panah asmara adalah sebagaimana yang kalian paparkan,
yakni adanya keserasian dan kecocokan jiwa, kenapa cinta tersebut
terkadang tidak abadi pada kedua belah
pihak? Bahkan kita dapatkan
ketidakabadian itu pada diri yang mencintai sendiri? Kalau penyebabnya adalah
keserasian jiwa dan reaksi kejiwaan, tentu cinta kasih itu akan terikat
sedemikian rupa antara kedua belah pihak.
Jawabannya: terkadang
suatu sebab bisa saja hilang karena hilangnya sesuatu yang menjadi syaratnya
atau karena adanya suatu penghalang tertentu. Disisi lain bisa, bisa menghilangkan cinta kasih. Hal itu terajadi pasti karena
salah satu dari tiga faktor: pertama, cacat dalam cinta kasih itu sendiri,
yakni cinta kasihnya bukanlah cinta sejati tetapi hanya cita sesaaat.
Kedua ada penghalang dari pihak yang
menicntai sehingga mencegah cinta kasihnya terhadap yang dicintai. Bisa saja
karena faktor fisik, , faktor karakter, cara hidup, perbuatan, sosok, dan
sejenisnya. Ketiga, adanya penghalang pada diri yang dicintai yang menghalanginya untuk memalas cinta orang yang mencintainya.
Kalau bukan karena
kesombongan, hasad, gila kekuasaan, dan permusuhan pada orang-orang kafir,
tentu para rasul sudah menjadi orang yang paling mereka cintai, lebih dari diri
meeka sendiri, harta, dan keluarga mereka. Karena penghalang itu hilang dari jiwa
para pengikut para rasul, maka rasul
tersebut menjadi orang yang lebih mereka cintai dari pada diri mereka sendiri.
Artinya bahwa panah
asmara adalah salah satu jenis penyakit
yang mempunyai peluang untuk disembuhkan, bahkan ada beberapa terapi yang dapat
dilakukan untuk penyembuhannya. Kalau orang yang tertikamm panah asmara itu
memiliki jalan yang sesuai sesuai dengan syariat dan masuk akal untuk
mendapatkan sang kekasih, itulah obatnya. Sebagaimana disebutkan dalam shahih
Bukhari dan Muslim dari hadits Ibnu Mas’ud ra.
bahwa Rasulullah SAW bersabda:
‘hai
para pemuda! Siapa saja diantara kalian yang telah memiliki kemampuan biologis,
hendaknya ia menikah. Karena menikah itu
lebih mampu untuk melindungi pandangan mata dan lebih mampu menjaga
kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu menikah, hendaknya ia berpuasa. Karena
berpuasa itu menjadi obatnya.’
Beliau
memberikan petunjuk kepada orang yang terkena panah asmara untuk melakukan
salah satu dari dua cara: pertama adalah cara yang sesungguhnya. Kedua adalah
cara sementara. Beliau memeritahkan cara sesungguhnya yaitu sebagai upaya untuk
penyembuhan terhadap penyakit yang ia derita. Selama ia masih mampu
melakukannya, tidak ada jalan lain yang bisa ia lakukan.
Diriwayatkan oleh Ibnu
Majah bahwa dalam sunann-nya, dari ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW
bersabda:
‘kami
tidak melihat cara terbaik bagi dua orang yang saling mencintai kecuali nikah’
Itulah
sasaran yang disinggung oleh Allah setelah menyatakan kehalalan kaum wanita
merdeka dan juga para budak wanita bila dibutuhkan sebagai pasangan. Allah SWT
berfirman:
‘Allah
hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah’
(An-Nisa:28)
Allah menyebutkan
keringanan-Nya dalam konteks ini namun Allah juga mmeberitahukan bahwa manusia
itu lemah. Yakni sebuah indikator bahwa
manusia itu lemah, tidak mampu menuntaskan syahwatnya. Oleh sebab itu
Allah memperbolehkan baginya dalam soal wanita, untuk memilih wanita-wanita
terbaik, dua, tiga, atau empat, llah memperbolehkan bagi kaum lelaki untuk
menikahi wanita manapun, termasuk budak wanita yang dimilikinya sehingga ia
bleh menikahinya bila diperlukan, untuk mengobati penyakit syahwatnya.
Kalau seseorang yang
tertikam panah asmara tidak memiiki jalan untuk bisa mendapatkan orang yang
dicintainya, menururt aturan syariat atau menurut kemampuannya atau bisa juga
karena kedua-duanya, padahal penyakit
ini adalah penyakit ganas, maka terapinya adalah memberikan kesan dalam jiwanya
akan adanya keputusasaan terhadap harapannya itu. Karena kalau jiwa seseorang
sudah merasa putus asa, ia akan merasa nyaman, tidak lagi terlalu berambisi
mengejar buruannya.
Kalau dalam keputus
asaan itu seseorang belum juga hilang, tabiat seseorang akan mengalami gangguan
hebat sehinga diperlukan cara terapi lain, yakni pada bagian pikirannya. Yakni dengan menanamkan kesadaran
bahwa ketergantungan hati terhadap sesuatu tidak mungkin diraih adalah
kegilaan. Orang yang berpikiran begitu tak ubahnya seperti orang yang hendak
menjaring matahari. Ruhnya akan terus
bergantung dan melambung tinggi, terus berputar bersama dengan angan-angannya
ditengah orbitnya. Bagi orang yang berakal, itu hanya terjadi dikalangan orang
gila belaka.
Kalau tidak mungkin
memperoleh kekasih hati dengan cara yang disyariatkan dan sesuai dengan
kemampuan, terapinya adalah dengan menempatkan diri sebagai orang-orang yang
berudzur. Karena Allah belum mengizinkan dirinya untuk memperolehnya. Maka
terapi penyakit ini bagi seseorang hamba adalah yang menginginkan keselamatan
adalah dengan menjauhi angan-angannya tersebut. Berikanlah kesan dalam hati
bahwa apa yang dia cari itu tidak ada
atau tidak mungkin digapai, tak ubahnya dengan segala hal yang mustahil.
Kalau nafsu amarahnya
tidak juga bisa menerima cara tersebut, hendaknya ia meninggalkan angan-angannya
itu karena dua hal: karena takut kepada Allah, atau karena keyakinan bahwa
hilangnya apa yang ia cintai itu lebih baik bagi dirinya, lebih berguna dan
lebih berfaedah, bahkan mengiringnya untuk mendapatkan kelezatan dan lebih
menggembirakan. Karena orang berakal akan membuat perbandingan antara
kehilangan sesuatu yang dicintai yang bersifat fana dengan kehilangan sesuatu
yang lebih besar nilainya, lebih kekal, lebih bermanfaat dan lebih nikmat. Pasti akan terlihat jelas
perbedaannya. Janganlah kita menjual kelezatan abadi yang tidk memiliki resiko
apapun untuk membeli kelezatan sesaat yang akan berubah wujud menjadi rasa
sakit. Pada hakikatnya, kelezatan sesaat itu adalah mimpi-mimpi tidur atau
ilusi yang tidak ada realitasnya sama sekali. Bila kelezatannya telah musnah,
tinggallah rasa susahnya. Bila syahwat sudah musnah, yang tinggal hanya
kesusahannya saja.
Kalau jiwa seseorang
belum bisa menerima obat ini , terapi tidak serasi dengan dirinya, cobalah ia
memperhatikan apa akibat dari kerusakan dialam fana yang ditimbulkan oleh
memperturutkan hawa nafsu, betapa banyak kemaslahatan yang akan hilang karenanya. Memperturutkan hawa nafsu panah
asmara dapa menimbulkan berbagai kerusakan terbesar didunia ini, faktor
terbesar yang dapat melenyapkan berbagai kemaslahatan.
Kalau obat atau terapi
ini juga belum bisa diterima oleh jiwanya, hendaknya ia mengingatkan berbagai
keburukan dari sang kekasih hati dan segala hal yang bisa menyebabkan dirinya
membenci kekasihnya. Karena kalau ia terus memikirkan dan merenungkannya, pasti
ai akan mendapatkan bahwa kejelekan akan
berlipat-lipat dari kebaikan yang mendorongnya mencintai ang kekasih. Janganlah
menjadi orang yang tertipu oleh kecantikan lahiriyah saja yang terlihat lebih
baik dari kulit yang enuh dengan kusta dan lepra. Alihkan pandangan dari
sekadar kecintaan luar menembus sampai pada buruknya amal perbuatannya.
Menyeberanglah dari sisi lahiriyahnya yang cantik menuju kenusukan hati dan
jiwanya.
Kalau terapi ini masih
juga belum mampu menyembuhkannya, yang tersisa hanyalah kepasrahan total kepada
Allah Yang selalu mengabulkan doa orang yang berdoa kepada-Nya dalam keadaan
terdesak. Hendaknya ia merebahkan dirinya dihadapan Allah SWT, didepan
pintu-Nya memohon keselamatan, dengan penuh rasa tunduk, pasrah dan merendahkan
diri.
Bila seseorang
mendapatkan kesempatan untuk melakukan kepasrahan tersebut, berarti ia telah
mengetuk pintu taufik. Namun hendaknya seorang mawas diri, tidak demikian mudah
menyebut kekasihnya dan mencelanya dihadapan orang banyak sehingga mengganggu
dirinya. Karena bila dilakukan, ia telah berbuat zhalim dan melampaui batas.
Sumber: metode pengobatan Nabi, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
Semoga bermanfaat
Wassalamu alaikum wr. Wb.
0 comments:
Post a Comment