Petunjuk Nabi SAW Mengenai Penyakit Asmara

Image result for penyakit asmara
            Asmara merupakan salah satu penyakit hati yang berbeda dengan semua jenis penyakit lainnya, sebab maupun cara penyembuhannya. Bila sudah mengakar dan mendekam lama, akan sulit disembuhkan oleh dokter manapun, dan rasa sakitnya akan amat menulitkan penderitanya.
            Allah didalam Al-Qur’an menceritakan tentang dua golongan manusia, tentang kaum wanita dan para pecandu anak-anak/ lolita’s lover. Allah menceritaka tentang istri seorang bangsawan dalam kisah Yusuf as. Allah juga menceritakan tentang kaum nabi Luth as, saat mereka didatangi oleh beberapa malaikat:
“dan datanglah penduduk kota itu kerumah Luth dengan gembira karena kedatangan tamu-tamu itu. Luth berkata: ‘sesungguhnya mereka adalah tamuku; maka janganlah kamu memberi malu kepadaku, dan bertaqwalah kepada Allah dan janganlah kamu membuat aku tanerhina’. Mereka berkata ‘dan bukankah kami telah melarangmu dari melindungi manusia? Luth berkata ‘inilah puteri-puteriku (negeri) ku kawinlah dengan mereka, jika kamu hendak berbuat secara yang halal (Allah berfirman): ‘Demi umurmu Muhammad, sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabuk (kesesatan)’ (Al-Hijr:67-72)
            Adapun prediksi  sebagian orang yang sama sekali tidak menghargai Rasulullah  bahwa beliau pernah tergoda oleh Zainab binti Jahzy, bahwa beliau pernah melihat tubuh wanita itu lalu berkata, ‘maha suci Allah yang membolak-balikkan hati! Sehingga beliau tertusuk panah asmara , sungguh prediski yang sangat tidak tepat. Apalagi disebutkan bahwa Rasulullah SAW berkata kepada Zaid, ‘jaga dia baik-baik’. Sehingga Allah  SWT berfirman:
‘Dan ingatlah, ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu juga telah memberi nikmmat kepadanya, ‘tahanlah terus istrimu dan bertaqwalah kepada Allah’, sedang kamu menyembunyikan didalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah  yang lebih berhak untuk kamu takuti...’(Al-Ahzab:37)
            Mereka beranggapan bahwa ini adalah kasus  panah asmara. Sebagian  diantara mereka bahkan akhirnya menulis buku tentang asmara, disitu mereka memaparkan mengenai kisah asmara para nabi, termasuk kejadian bohong diatas. Itu jelas merupakan kejahilan. Orang yang mengatakan hal itu berarti menuduh para Rasul serta memahami Al-Qur’an tidak sebagaimana mestinya, menisbatkan kepada nabi perbuatan yang tidak pernah beliau lakukan. Karena Zainab binti Jahzy adalah istri dari Zaid ra. Maka Zaid bermusyawarah dengan Rasulullah SAW untuk menceraikannya. Rasulullah berkata kepadanya, ‘tahan, jangan ceraikan dulu istrimu, bertakwalah kepada Allah.’ Beliau menyembunyikan didalam dirinya keinginannya untuk menikahi Zainab binti Jahzy bila Zaid telah menceraikannya (berdasarkan perintah Allah). Beliau khawatir akan gunjingan masyarakat bahwa ia menikahi istri anaknya sendiri. Karena Zaid sudah dikenal sebagai anaknya. Itulah yang disembunyikan Rasulullah SAW dalam hatinya.
            Demikian rasa khawatir beliau yang sebenarnya yang beliau alami. Oleh sebab itu Allah menyebutkan ayat ini dengan menuturkan beberapa kenikmatan yang diberikan-Nya, tidak mengancam beliau. Allah mengabarkan kepada beliau bahwa tidak selayaknya beliau takut kepada umat manusia dalam hal yang dihalalkan oleh Allah kepadanya hanya karena takut kepada  kecaman orang banyak. Kemudian Allah mengabarkan bahwa Allah akan menikahkan beliau dengan Zinab binti Jahzy, setelah Zaid menunaikan maksudnya, yakni menceraikannya agar perbuatan beliau itu dicontoh oleh umatnya. Yakni bahwa seseorang boleh saja menikahi mantan istri anak angkatnya, bukan mantan istri anak kandungnya sendiri. Oleh sebab itu Allah menyebutkan dalam Al-Qur’an berkenaan dengan wanita-wanita yang haram dinikahi.:
‘...(dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu) ...’
(An-Nisa:23)
Demikian juga dalam surah Al-Ahzab:
‘Muhammad itu sekali-kali bukan bapak dari seorang laki-laki diantara kamu...’ (Al-Ahzab:40)
Demikian juga disebutkan dalam awal surah
‘ Dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu dimulut saja...’(Al-Ahzab)
            Coba cermati bagaimana Allah membela dan menjaga nama baik Rasulullah menghadapi kecaman orang-orang pada masa itu. Semoga Allah memberikan taufik-Nya.
            Memang benar bahwa Rasulullah mencintai isteri-isteri beliau. Yang paling dicintai diantara mereka adalah Aisyah ra. Namun kecintaan beliau terhadapnya atau terhadap siapapun selain Allah, tidaklah sampai pada puncak kecintaan.
            Panah asmara terhadap pribadi tertentu adalah penyakit yang menghinggapi yhati yang kosong dari cinta kasih terhadap Allah. Hati yang berpaling dari Allah, menggantikan Allah dengan selain-Nya. Oleh sebab itu Allah berfirman tentang Yusuf:
‘demikianlah, agar kami memalingkan daripadanya kemungkaran da kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba kami yang ikhlas...’(Yusuf:24)
            Dalil diatas menunjukkan bahwa keikhlasan merupakan faktor menolak hujaman panah asmara berikut berbagai  akibatnya seperti perbuatan jahat, perbuatan keji yang memang merupakan hasil dan buah dari panah asmara. Begitulah Allah memalingkan penyebabnya berarti Allah juga menyimpangkan penyakitnya, yakni panah asmara.
            Oleh sebab itu diantara para ulama salaf yang menyatakan ‘penyakit panah asmara adalah aktivitas hati yang kosong.’ Yakni kosong dari selain pribadi yang dicintainya. Allah berfirman:
‘dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa...’ (Al-Qashash:10)
            Yakni bahwa hatinya kosong dari segala sesuatu, kecuali ingatan terhadap anaknya Musa. Karena saking cintanya ia kepada anaknya Musa dan karena hatinya sudah demikian bergantung kepadanya. Penyakit panah asmara ini terdiri dari dua hal:
·       Anggapan baik terhadap pribadi yang dicintainya
·       Keinginan kuat untuk mendapatkannya
Bila salah satu dari keduanya itu hilang, tidak lagi disebut penyakit panah asmara.
            Sebab munculnya penyakitt asmara ini telah membuat bingung para orang pintar. Sebagian diantara mereka telah berusaha mengulasnya dengan konotasi negatif belaka. Maka kami tegaskan bahwa sungguh sudah merupakan hikmah dari Allah  yang pasti terhadap ciptaan dan ajaran-Nya, bahwa Allah menciptakan adanya keselarasan dan kecocokan antara yang serupa dan perangainya, serta ketertarikan siapa saja kepada pribadi yang sesuai dengan dirinya, pribadi yang tabiatnya serasi dengan tabiatnya.
            Disamping itu ada kecocokan dan kebencian terhadap pribadi yang tidak memiliki keserasian dalam tabiatnya. Rahasia terjadinya kolaborasi dan komunikasi dua arah dalam dunia makro maupun mikro tidak lain hanyalah karena adanya keserasian, kesamaan dan juga keserupaan tabiat dan karakter. Sementara  rahasia terjadinya tolak menolak dan disinteraksi antara berbagai hal didunia ini tidak lain juga karena karena ketidakserasian dan perbedaan karakter. Dengan adanya realitas itulah penciptaan dan ajaran Allah menjadi sempurna. Sesuatu akan cenderung kepada sesuatu yang lain yang menyerupai dirinya. Sesuatu akan menjadi jauh dari sesuatu ynag lain yang bertentangan dengan karakternya. Allah berfirman:
‘dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya, Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya.’
(Al-A’raaf:189)
            Allah menjadikan  faktor penyebab seorang lelaki bisa senang berada disisi wanita adalah kesatuan jenis atau species juga kesatuan materi dasar. Alasan munculnya segala kecocokan itu, karena si wanita berasal dari  unsur si lelaki juga. Sehingga jelas yang menjadi alasan bukanlah penampilan yang cantik, bukan juga kesamaan atau keseragaman tujuan dan keinginan, bukan juga dalam ahla dan jalam hidup. Meskipun semua itu juga termausk faktor yang menimbulkan ketenangan dan rasa cinta.
            Diriwayatkan dengan shahih dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda:
“ruh-ruh itu ibarat barisan tentara yang teratur: yang telah saling mengenal akan saling serasi, sementara yang tidak saling mengenal akan saling membenci.’
            Sementara itu dalam Musnad Imam Ahmad dan yang lainnya disebutkan tentang sebab munculya hadits diatas: ada seorang wanita di Mekah (yang penampilannya amat lucu). Ia datang di kota Al-Madinah, lalu singgah dirumah wanita yang juga amat suka melucu. Maka Nabi Saw ‘...ruh-ruh itu ibarat barisan tentara...”
            Syariat Allah telah menetapkan bahwa kedudukan sesuatu sama dengan kedudukan sesuatu lain yang samak arakternya. Syariat tidak pernah memaksa memisahkan dua hal yang serasi, dan juga tidak pernah memaksa bersatunya dua hal yang berlawanan. Barang siapa yang mengira bahwa itu mngkin saja dapat terjadi, semata-mata karena kejahilannya saja terhadap ajaran syariat, atau karena ketidak tahuannya mana dua hal yang  serupa dan mana dua hal yang berbeda. Adapun ajaran syariat sendiri, tidak pernah memberikan sesuatu alasan pun untuk hal  itu. Kalau ada hanyalah pendapat manusia saja. Dengan kebijaksanaan dan keadilan-Nya, terlihat ciptaan dan ajaran-Nya. Dengan keadilan dan timbangan-Nya, tegaklah kemaslahatan ciptaan dan ajaran syariat-Nya; yakni dengan diciptakannya penyatuan dua hal yang serasi dan pemisahan dua hal yang saling berlawanan. Hal itu terbukti dalam kehidupan di dunia , dan akan berlaku pula pada kehidupan dikhirat. Allah berfirman:
‘kumpulkanlah orang yang zalim bersama teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah selain Allah; maka tunjukkanlah kepada mereka jalan keneraka.’
(Ash-Shaffat:22-23)
            Umar bin Khattab, diikuti juga oleh imam Ahmad pernah menyatakan, ‘pasangan-pasangan mereka adalah orang-orang yang sejenis dan serupa dengan mereka.’ Allah berfirman:
‘...dan apabila ruh-ruh dipertemukan...(At-Takwir:7)
            Yakni tatkala masing-masing orang yang beramal dipertemukan dengan yang serupa dan sealur dengannya. Antara dua orang yang saling mencintai dijalan Allah akan saling dipertemukan di Surga. Antara dua orang yang saling mencintai dijalan Setan akan saling dipertemukan di Neraka Al-Jahim. Seseorang akan dikumpulkan dengan idolanya, mau ataupun tidak mau. Dalam shahih Al-Hakim dan yang lainnya disebutkan:
“setiap kali seseorang mencintai orang tertentu, pasti ia akan dipertemukan dengannya (dihari kiamat).”
            Cinta itu sendriri ada bermaam-macam. Yang paling mulia dan paling utama adalah cinta dijalan Allah dan cinta karena Allah. Cinta ini mengandung konsekuensi mencintai apa saja yang dicintai oleh Allah, dan juga mengandung konsekuensi mencintai Allah dan Rasul-Nya.
            Cinta lain adalah cinta karena kebetulan sama jalan hidup atau agamanya, cinta karena mahdzab atau sekte tertentu. Cinta karena hubungan kerabat atau karena partnership dalam bisnis, atau karena tujuan apapun juga. Cinta lain adalah karena ingin mendapatkan sesuatu tertentu dari pihak yang dicintai, mungkin kehormatan, harta, pengajaran, bimbingan atau sekadar memenuhi kebutuhannya semata. Itu adalah cinta kasih sesaat yang bisa saja hilang apabila tuntutannya telah lenyap. Oleh sebab itu, siapa saja yang menyebabkan diri kita mencintai karena suatu perkara, cinta kita kepadanya akan hilang dengan hilangnya perkara tersebut.
            Adapu cinta karena adanya kecocokan antara yang mencintai dengan yang dicintai adalah cinta yang permanen, tidak akan hilang karena sesuatu hal tertentu. Cinta kasih ornag yang terkena panah asmara adalah termasuk jenis cinta seperti itu. Karena rasa sukanya timbul dari dorongan jiwa dan reaksi kejiwaan, sehingga semua jenis  cinta lain tidak akan mengalami hal yang spesifik yang hanya dialami oleh cinta kasih orang yang terkena panah asmara, seperti rasa was-was, perasaan rindu dendam, hati yang takut tidak karuan, dan sejenisnya.
            Kalau ada yang menukas: apabila penyebab terjadinya panah asmara adalah sebagaimana yang kalian paparkan, yakni adanya keserasian dan kecocokan jiwa, kenapa cinta tersebut terkadang  tidak abadi pada kedua belah pihak?  Bahkan kita dapatkan ketidakabadian itu pada diri yang mencintai sendiri? Kalau penyebabnya adalah keserasian jiwa dan reaksi kejiwaan, tentu cinta kasih itu akan terikat sedemikian rupa antara kedua belah pihak.
            Jawabannya: terkadang suatu sebab bisa saja hilang karena hilangnya sesuatu yang menjadi syaratnya atau karena adanya suatu penghalang tertentu. Disisi lain bisa, bisa menghilangkan  cinta kasih. Hal itu terajadi pasti karena salah satu dari tiga faktor: pertama, cacat dalam cinta kasih itu sendiri, yakni cinta kasihnya bukanlah cinta sejati tetapi hanya cita sesaaat. Kedua  ada penghalang dari pihak yang menicntai sehingga mencegah cinta kasihnya terhadap yang dicintai. Bisa saja karena faktor fisik, , faktor karakter, cara hidup, perbuatan, sosok, dan sejenisnya. Ketiga, adanya penghalang pada diri yang dicintai  yang menghalanginya untuk  memalas cinta orang yang mencintainya.
            Kalau bukan karena kesombongan, hasad, gila kekuasaan, dan permusuhan pada orang-orang kafir, tentu para rasul sudah menjadi orang yang paling mereka cintai, lebih dari diri meeka sendiri, harta, dan keluarga mereka. Karena penghalang itu hilang dari jiwa para pengikut para  rasul, maka rasul tersebut menjadi orang yang lebih mereka cintai dari pada diri mereka sendiri.
            Artinya bahwa panah asmara adalah  salah satu jenis penyakit yang mempunyai peluang untuk disembuhkan, bahkan ada beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk penyembuhannya. Kalau orang yang tertikamm panah asmara itu memiliki jalan yang sesuai sesuai dengan syariat dan masuk akal untuk mendapatkan sang kekasih, itulah obatnya. Sebagaimana disebutkan dalam shahih Bukhari dan Muslim dari hadits Ibnu Mas’ud ra.  bahwa Rasulullah SAW bersabda:
‘hai para pemuda! Siapa saja diantara kalian yang telah memiliki kemampuan biologis, hendaknya ia menikah. Karena menikah itu  lebih mampu untuk melindungi pandangan mata dan lebih mampu menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu menikah, hendaknya ia berpuasa. Karena berpuasa itu menjadi obatnya.’
            Beliau memberikan petunjuk kepada orang yang terkena panah asmara untuk melakukan salah satu dari dua cara: pertama adalah cara yang sesungguhnya. Kedua adalah cara sementara. Beliau memeritahkan cara sesungguhnya yaitu sebagai upaya untuk penyembuhan terhadap penyakit yang ia derita. Selama ia masih mampu melakukannya, tidak ada jalan lain yang bisa ia lakukan.
            Diriwayatkan oleh Ibnu Majah bahwa dalam sunann-nya, dari ibnu Abbas bahwa Rasulullah  SAW  bersabda:
‘kami tidak melihat cara terbaik bagi dua orang yang saling mencintai kecuali nikah’
            Itulah sasaran yang disinggung oleh Allah setelah menyatakan kehalalan kaum wanita merdeka dan juga para budak wanita bila dibutuhkan sebagai pasangan. Allah SWT berfirman:
‘Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah’ (An-Nisa:28)
            Allah menyebutkan keringanan-Nya dalam konteks ini namun Allah juga mmeberitahukan bahwa manusia itu lemah. Yakni sebuah indikator bahwa  manusia itu lemah, tidak mampu menuntaskan syahwatnya. Oleh sebab itu Allah memperbolehkan baginya dalam soal wanita, untuk memilih wanita-wanita terbaik, dua, tiga, atau empat, llah memperbolehkan bagi kaum lelaki untuk menikahi wanita manapun, termasuk budak wanita yang dimilikinya sehingga ia bleh menikahinya bila diperlukan, untuk mengobati penyakit syahwatnya.
            Kalau seseorang yang tertikam panah asmara tidak memiiki jalan untuk bisa mendapatkan orang yang dicintainya, menururt aturan syariat atau menurut kemampuannya atau bisa juga karena kedua-duanya, padahal  penyakit ini adalah penyakit ganas, maka terapinya adalah memberikan kesan dalam jiwanya akan adanya keputusasaan terhadap harapannya itu. Karena kalau jiwa seseorang sudah merasa putus asa, ia akan merasa nyaman, tidak lagi terlalu berambisi mengejar buruannya.
            Kalau dalam keputus asaan itu seseorang belum juga hilang, tabiat seseorang akan mengalami gangguan hebat sehinga diperlukan cara terapi lain, yakni pada bagian  pikirannya. Yakni dengan menanamkan kesadaran bahwa ketergantungan hati terhadap sesuatu tidak mungkin diraih adalah kegilaan. Orang yang berpikiran begitu tak ubahnya seperti orang yang hendak menjaring  matahari. Ruhnya akan terus bergantung dan melambung tinggi, terus berputar bersama dengan angan-angannya ditengah orbitnya. Bagi orang yang berakal, itu hanya terjadi dikalangan orang gila belaka.
            Kalau tidak mungkin memperoleh kekasih hati dengan cara yang disyariatkan dan sesuai dengan kemampuan, terapinya adalah dengan menempatkan diri sebagai orang-orang yang berudzur. Karena Allah belum mengizinkan dirinya untuk memperolehnya. Maka terapi penyakit ini bagi seseorang hamba adalah yang menginginkan keselamatan adalah dengan menjauhi angan-angannya tersebut. Berikanlah kesan dalam hati bahwa apa yang dia cari itu tidak  ada atau tidak mungkin digapai, tak ubahnya dengan segala hal yang mustahil.
            Kalau nafsu amarahnya tidak juga bisa menerima cara tersebut, hendaknya ia meninggalkan angan-angannya itu karena dua hal: karena takut kepada Allah, atau karena keyakinan bahwa hilangnya apa yang ia cintai itu lebih baik bagi dirinya, lebih berguna dan lebih berfaedah, bahkan mengiringnya untuk mendapatkan kelezatan dan lebih menggembirakan. Karena orang berakal akan membuat perbandingan antara kehilangan sesuatu yang dicintai yang bersifat fana dengan kehilangan sesuatu yang lebih besar nilainya, lebih kekal, lebih bermanfaat dan lebih  nikmat. Pasti akan terlihat jelas perbedaannya. Janganlah kita menjual kelezatan abadi yang tidk memiliki resiko apapun untuk membeli kelezatan sesaat yang akan berubah wujud menjadi rasa sakit. Pada hakikatnya, kelezatan sesaat itu adalah mimpi-mimpi tidur atau ilusi yang tidak ada realitasnya sama sekali. Bila kelezatannya telah musnah, tinggallah rasa susahnya. Bila syahwat sudah musnah, yang tinggal hanya kesusahannya saja.
            Kalau jiwa seseorang belum bisa menerima obat ini , terapi tidak serasi dengan dirinya, cobalah ia memperhatikan apa akibat dari kerusakan dialam fana yang ditimbulkan oleh memperturutkan hawa nafsu, betapa banyak kemaslahatan yang akan hilang  karenanya. Memperturutkan hawa nafsu panah asmara dapa menimbulkan berbagai kerusakan terbesar didunia ini, faktor terbesar yang dapat melenyapkan berbagai kemaslahatan.
            Kalau obat atau terapi ini juga belum bisa diterima oleh jiwanya, hendaknya ia mengingatkan berbagai keburukan dari sang kekasih hati dan segala hal yang bisa menyebabkan dirinya membenci kekasihnya. Karena kalau ia terus memikirkan dan merenungkannya, pasti ai akan mendapatkan  bahwa kejelekan akan berlipat-lipat dari kebaikan yang mendorongnya mencintai ang kekasih. Janganlah menjadi orang yang tertipu oleh kecantikan lahiriyah saja yang terlihat lebih baik dari kulit yang enuh dengan kusta dan lepra. Alihkan pandangan dari sekadar kecintaan luar menembus sampai pada buruknya amal perbuatannya. Menyeberanglah dari sisi lahiriyahnya yang cantik menuju kenusukan hati dan jiwanya.
            Kalau terapi ini masih juga belum mampu menyembuhkannya, yang tersisa hanyalah kepasrahan total kepada Allah Yang selalu mengabulkan doa orang yang berdoa kepada-Nya dalam keadaan terdesak. Hendaknya ia merebahkan dirinya dihadapan Allah SWT, didepan pintu-Nya memohon keselamatan, dengan penuh rasa tunduk, pasrah dan merendahkan diri.
            Bila seseorang mendapatkan kesempatan untuk melakukan kepasrahan tersebut, berarti ia telah mengetuk pintu taufik. Namun hendaknya seorang mawas diri, tidak demikian mudah menyebut kekasihnya dan mencelanya dihadapan orang banyak sehingga mengganggu dirinya. Karena bila dilakukan, ia telah berbuat zhalim dan melampaui batas.
Sumber: metode pengobatan Nabi, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
Semoga bermanfaat Wassalamu alaikum wr. Wb.


Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...