Kiranya anda perlu mengetahui
rahasia lapar yang begitu besar dalam hubungannya dengan jalan menuju akhirat.
Ketahuilah bahwa lapar memiliki bnyak manfaat, tetapi pada prinsipnya manfaat
lapar itu setidaknya ada tujuh, yaitu:
1. Menjernihkan
hati dan menajamkan penglihatannya, karena kenyang menyebabkan kedunguan dan
membutakan hati
Nabi saw.
Bersabda:
“Man aja’a batenahu ‘azumat fikratuhu wafatina qalbuhu”
Artinya ”barang
siapa menjadikan perutnya lapar, maka pikirannya menjadi hebat dan hatinya
menjadi cerdas.”
Kiranya telah
menjadi jelas, bahwa kunci kebahagiaan adalah ma’rifat. Sementara kema’rifatan
tidak akan tercapai, kecuali dengan kejernihan hati. Itulah sebabnya, maka
lapar dapat mengetuk pintu surga.
2. Kepekaan
dan kelembutan hati, sehingga dia dapat merasakan kenikmatan bermunajat dan
mudah tersentuh oleh dzikir dan ibadah.
Imam Al-Junaid
berkata:
“salah seorang diantara kalian akan dapat merasakan manisnya
bermunajat, bila mampu mengosongkan antara diri dan hatinya dari kerakusan
makan.”
Bukan hal yang
samar lagi bagi anda, bahwa kondisi hati, seperti cemas dan takut, kelembutan,
munajat, dan meleburnya hati oleh wibawa Allah, merupakan kunci-kunci pembuka
pintu surga, sekalipun diatasnya masih ada pintu ma’rifat dan lapar sebagai
pengetuk pintu itu.
3. Kerendahan
hati serta lenyapnya kesombongan dan kezhaliman yang ada didalamnya. Tidak ada
sesuatu yang dapat mematahkan nafsu melebihi rasa lapar. Kedzaliman menyebabkan
lupa kepada Allah swt dan menjadi pintu gerbang menuju neraka jahim dan sumber
kesengsaraan, sedangkan lapar akan menutup pintu itu. Dengan tertutupnya pintu
kesengsaraan maka pintu kebaikan menjadi terbuak. Itulah sebabnya ketika Nabi
saw. Ditawari harta benda duniawi, beliau menjawab:
“La bal aju’u yaomawwaacbau’ yaoman faidza ju’tu sabartu
watadarra’tu waidza cabi’tu cakartu”
Artinya ‘tidak,
aku ingin lapar sehari dan kenyang sehari, bila sedang lapar aku menjadi sabar
dan khusuk. Bila sedang kenyang, aku bersyukur.”
4. Ujian
atau cobaan, yang baik atau yang buruk itu, termasuk pintu-pintu menuju surga.
Karena didalamnya dapat disaksikan rasanya siksaan, sehingga dengan itu semakin
besar rasa takut terhadap siksaan akhirat. Manusia tidak dapat menyiksa dirinya
sendiri dengan sesuatu seperti rasa lapar, karena ia tidak perlu bersusah payah
untuk melakukannya. Disamping itu rasa lapar juga terkait dengan
manfaat-manfaat lain. Sehingga ia akan selalu menyaksikan ujian Allah swt.
Secara terus menerus.
5. Memaahan
nafsu syhwat yang mendorong untuk melakukan maksiat. Ini merupakan manfaat
paling besar dari rasa lapar. Lapar akan mampu menguasai nafsu ynag cenderung
mengajak kepada perbuatan buruk serta mematahkan keinginan-keinginan lain yang
menjadi sumber maksiat.
Ali r.a. berkata:
“tidaklah aku merasa kenyang sama sekali, melainkan aku berbuat maksiat atau
ingin melakukannya.”
Aisyah r.a.
berkata: “bid’ah pertama yang terjadi setelah Rasulullah saw. Wafat adalah rasa
kenyang. Sesungguhnya bila perut manusia kenyang, maka nafsu mereka akan
tergiur kepada kesenangan duniawi.”
6. Meringankan
badan untuk melakukan shalat tahajjud dan ibadah, hilangnya keinginan tidur
yang dapat mencegah ibadah. Salah satu modal kebahagiaan adalah umur. Banyak
tidur berarti mengurangi umur, karena mencegah diri dari ibadah. Pada
prinsipnya anyak makan, menjadi penyebab banyak tidur.
Abu sulaiaman
Ad-Darani berkata “barangsiapa merasa kenyang maka kan timbul enam macam akibat
negatif, yaitu: hilangnya kenikmatan ibadah; tak akan dapat mempertahankan
hikmah; terhalangnya rasa sayang kepada sesama mahluk, karena ketika seseorang
merasa kenyang maka ia menganggap semua orang kenyang; berat melakukan ibadah;
keinginan nafsu semakin meningkat; dan ketika orang-orang mukmin berjalan
menuju mesjid, ia malah berjalan menuju tempat sampah yang hina.
7. Beban
biaya hidup menjadi ringan dan bersikap qana’ah atau merasa puas dengan harta
duniawi yang dimilikinya sekalipun hnaya sedikit, dan memungkinkan timbulnya
sikap lebih suka memilih keiskinan karena barangsiapa yang terbebas dari
keserakahan nafsu perutnya, ia tidak memerlukan harta yang banyak. Sehngga
keruwetan dan kesusahan memikirkan rusan dunia, menjadi sirna. Bila ia ingin
berhutang anya untuk memenuhi keinginan nafsu perutnya, maka ia kan berhutang
kepada dirinya sendiri. Maka akan lebih baik meninggalkan kenginan syahwatnya.
Pernah dikatakan kepada Ibrahim bin Adham rahimahullah mengenai suatu barang
yang mahal harganya, maka Ibrahim menjawab: “ringankan diri kamu dengan
membersihkan diri daripadanya.”
0 comments:
Post a Comment